Manusia dan Kebudayaannya
Oktober 17, 2014
ILMU BUDAYA DASAR
MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
KELOMPOK : 1
(SATU)
ANGGOTA :1. AULIA FITRIAH SAID (11514815)
2. DEJAN DEFRIADI (12514645)
3. GHINA FATHIN ANNISA ((14514520)
4. INDAH PUJI LESTARI (15514273)
5. NURUL IZZATUR R. (18514278)
KELAS
: 1PA16
DOSEN : ARIA KUSUMADIANTO
FAKULTAS
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
GUNADARMA 2014/2015
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan
kami akal pikiran dan ilmu pengetahuan sehingga dapat menyelesaikan makalah
ini. Tanpa karuian-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya
dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini disusun
agar pembaca dapat memperluas ilmunya tentang "Manusia dan
Kebudayaan", yang disajikan berdasarkan hasil diskusi kelompok dan
pengamatan dari berbagai sumber. Semoga makalah ini dapat memberikan
pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca. Walau bagaimanapun makalah ini
memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu penyusun membutuhkan kritik
dan saran dari pembaca yang membangun. Terima kasih.
Kalimalang,
Oktober 2014
Penyusun
BAB I PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Indonesia terkenal dengan keragaman budayanya. Manusia dan kebudayaan
adalah satu hal yang tidak bisa di pisahkan karena di mana manusia itu hidup
dan menetap pasti manusia akan hidup sesuai dengan kebudayaan yang ada di
daerah yang di tinggalinya.
Manusia merupakan makhluk sosial yang berinteraksi satu sama lain dan
melakukan suatu kebiasaan-kebiasaan yang terus mereka kembangankan
dan kebiasaan-kebiasaan tersebut akan menjadi kebudayaan. Setiap
manusia juga memiliki kebudayaan yang berbeda-beda, itu disebabkan mereka
memiliki pergaulan sendiri di wilayahnya sehingga manusia di manapun memiliki
kebudayaan yang berbeda masing-masing.
Perbedaan kebudayaan disebabkan karena perbedaan yang dimiliki seperti
faktor lingkungan, faktor alam manusia itu sendiri dan berbagai faktor lainnya
yang menimbulkan keberagaman budaya tersebut.
Seiring
dengan berkembangnya teknlogi informasi dan komunikasi yang masuk ke Indonesia
diharapkan dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap kebudayaan
masing–masing daerah, karena kebudayaan merupakan jembatan yang menghubungkan
dengan manusia yang lain.
Manusia
dalam kesehariannya tidak akan lepas dari kebudayaan, karena manusia adalah
pencipta dan pengguna kebudayaan itu sendiri. Manusia hidup karena adanya
kebudayaan, sementara itu kebudayaan akan terus hidup dan berkembang manakala
manusia mau melestarikan kebudayaan dan bukan merusaknya. Dengan demikian kebudayaan berperan penting bagi kehidupan manusia dan menjadi alat untuk
bersosialisasi dengan manusia yang lain dan pada akhirnya menjadi ciri khas
suatu kelompok manusia. Manusia sebagai mahluk sosial membutuhkan alat sebagai
jembatan yang menghubungkan dengan manusia yang lain yaitu kebudayaan.
B.
MIND
MAP (PETA KONSEP)
BAB II PEMBAHASAN
A.
MANUSIA
1.
Pengertian
Manusia
Manusia di dunia ini
memegang peranan yang unik, dan dapat di pandang dari berbagai segi. Jika
dipandang dari segi eksakta seperti ilmu kimia, maka manusia di pandang
sebagai kumpulan dari partikel-partikel atom yang membentuk jaringan-jaringan
sistem. Ilmu biologi memandang manusia sebagai makhluk biologis yang tergolong dalam
golongan mamalia. Dan ilmu fisika beranggapan bahwa manusia merupakan kumpulan
dari berbagai sistem fisik yang saling terkait satu sama lain dan merupakan
kumpulan dari energi. Dalam ilmu-ilmu sosial, ilmu sosiologi misalnya, manusia
adalah makhluk yang tidak bisa hidup sendiri. Ilmu filsafat memandang manusia sebagai makhluk berbudaya, homo humanus. Dan lain sebagainya.
Dari definisi-definisi di atas, tentu membuat kita sulit
menyimpulkan tentang siapakah manusia itu. Oleh karen itu, kita akan menjelaskan tentang manusia dari
unsur-unsur yang membangunya:
1.
Manusa terdiri dari empat unsur yang terkait, yaitu:
·
Jasad: badan kasar manusia
yang dapat kita lihat, raba bahkan di foto dan menempati ruang dan waktu.
·
Hayat: mengandung unsur
hidup, yang ditandai dengan gerak.
·
Ruh: bimbingan dan pimpinan
Tuhan, daya yang bekerja secara spiritual dan memahami kebenaran, suatu
kemampuan mencipta yang bersifat konseptual yang menjadi pusat lahirnya
kebudayaan.
·
Nafs: dalam pengertian diri
atau keakuan, yaitu kesadaran akan diri sendiri.
2.
Manusia sebagai kepribadian mengandung tiga unsur, yaitu:
§ Id: Merupakan
kodrat makhluk. Id adalah naluri makhluk hidup dalam rangka mempertahankan
eksistensinya di muka bumi. Bertahan hidup dalam arti yang luas, yang pada dasarnya merupakan segala aspek yang
kita lihat di bumi ini. Id pada manusia termasuk naluri untuk berkembang biak,
mempertahankan diri dari ancaman, naluri untuk bebas dari rasa lapar dan haus
seperti halnya makhluk lain. Id pada manusia menghasilkan kecenderungan untuk
agresif dan terfokus pada pemenuhan kebutuhan jasmani. Id adalah bagian dari
sistem yang dihasilkan oleh tubuh untuk memenuhi kebutuhannya. Id seluruhnya
berada pada alam bawah sadar. Id sering ditafsirkan sebagai insting. Namun
insting berbeda dengan id. Oleh freud id disebut sebagai Triebe atau dalam arti
literalnya drive (dorongan). Dorongan inilah yang menurut Freud mengendalikan
dan menentukan kemampuan, kualitas dan kapasitas seseorang. Kalau id seseorang itu tinggi, maka kualitas orang
tersebut secara keseluruhan dengan sendirinya akan tinggi. Usaha yang dilakukan
oleh orang dengan id yang tinggi lebih baik jika dibandingkan dengan usaha yang
dilakukan oleh orang yang id-nya rendah. Karena orang dengan id tinggi berusaha
untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam arti luas dengan lebih baik.
§
Ego: Merupakan bagian atau
struktur kepribadian yang pertama kali dibedakan dari Id, seringkali disebut
sebagai kepribadian “eksekutif” karena peranannya dalam menghubgunkan energi Id
ke dalam saluran sosial yang dapat dimengerti oleh orang lain. Ego diatur oleh
prinsip realitas dan mulai berkembang pada anak antara usia satu dan dua tahun.
§
Superego: Merupakan struktur kepribadian yang paling akhir, muncul
kira-kira pada usia limat tahun. Dibandingkan dengan Id dan ego, yang
berkembang secara internal dalam diri individu, superego terbentuk dari
lingkungan eksternal. Jadi superego menunjukkan pola aturan yang dalam
derajat tertentu menghasilkan control diri melalui sistem imbalan dan hukuman
yang terinternalisasi.
Dari uraian di atas maka dapat dikaji
aspek tindakan manusia dengan analisa hubungan antara tindakan dan unusr-unsur
manusia. Misalnya, orang yang senang penyimpang terhadap nilai-nilai masyarakat dapat didefinisikan
bahwa orang tersebut lebih dikendalikan oleh id daripada superego-nya, atau
seringkali ada kelainan yang terjadi pada manusia, misalnya orang mempunyai
kekurangan fisik berani tampil di muka
umum, dapat diterangkan dengan mengacu pada unsur nafs (kesadaran diri) yang
dimiliki manusia. Semua unsur di atas tersebut dapat digunakan sebagai alat
analisa bagi tingkah laku manusia.
2.
Hakekat
manusia
1. Makhluk
Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan
Tubuh adalah materi yag dapat dilihat,
diraba, diras wujudnya konkrit, tetapi tidak abadi. Jika manusia meninggal,
tubuhnya hancur dan lenyap. Jiwa terdapat di dalam tubuh manusia, tidak bisa
dilihat, dibara, sifatnya bastrak tapi abadi. Jika manusia meninggal, jiwanya
lepas dan kembali ke asalnya yaitu Tuhan.
2. Makhluk
Tuhan yang paling sempurna, jika dibandingkan dengan makhluk lainnya
Kesempurnaannya terletak pada adab dan budayanya,
karena manusia dilengkapi akal, perasaan, dan kehendak di dalam jiwanya. Dengan
akal manusia mampu menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan perasaan
manusia dapat menciptakan kesenian. Selanjutnya dengan adanya nilai baik dan
buruk, mengharuskan manusia mampu mempertimbangkan segala sesuatu dalam
bertindak.
3. Makhluk
biokultural, yaitu makhluk hayati da budayawi
Manusia adalah produk dari saling tindak
atau interaksi faktor-faktor hayati dan budayawi. Sebgaia makhluk hayati,
manusia dapat dipelajari dari segi-segi anatomi, fisiologi, biokimia, genetika,
evolusi biologinya, dan lain sebagainya. Sebagai makhluk budayawi manusia dapat
dipelajari dari segi-segi kemasyarakatan, kekerabatan, psikologi sosial,
ekonomi, bahasa, dan yang lainnya.
4. Makhluk
ciptan Tuhan yang terkait dengan lingkungan (ekologi), mempunyai kualitas da
martabat karena kemampuan bekerja dan berkarya
Hidup manusia mempunyai tiga taraf, yaitu estetis,
etis, dan religius. Dengan kehidupan estetis, manusia mampu menangkap dunia
sekitarnya sebagai dunia yang mengagumkan dan mengungkapkan kembali ke dalam
lukisan, tarian, nyanyian yang indah. Dengan etis, manusia meningkatkan
kehidupan estetis ke dalam tingkatan manusiawi dalam bentuk-bentuk keputusan
bebas dan dipertanggungajawabkan. Dengan kehidupan religius, manusia menghayati
pertemuannya dengan Tuhan.
B.
KEBUDAYAAN
1.
Kepribadian
Bangsa Timur
Manusia dimuka bumi ini mendiami
wilayah yang berbeda, ada yang mendiami wilayah timur, wilayah barat dan
wilayah timur tengah. Hal ini membuat kebiasaan, adat istiadat, kebudayaan dan
kepribadian setiap manusia suatu wilayah berbeda dengan yang lainnya. Negara
Indonesia termasuk ke dalam bangsa Timur, yang dikenal sebagai bangsa yang berkepribadian
baik. Bangsa Timur dikenal dunia sebagai bangsa yang ramah dan bersahabat
Kepribadian bangsa timur dapat
diartikan suatu sikap yang dimiliki oleh suatu negara yang menentukan
penyesuaian dirinya terhadap lingkungan. Kepribadian bangsa timur pada umumnya
merupakan kepribadian yang mempunyai sifat toleransi yang tinggi.
Bangsa timur identik dengan benua
asia yang penduduknya sebagian besar berambut hitam, berkulit sawo matang dan
adapula yang berkulit putih, bermata sipit. Sebagian besar cara berpakaian
orang timur lebih sopan dan tertutup mungkin karena orang timur kebanyakan
memeluk agama islam dan menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku.
Pada umumnya kepribadian bangsa
timur adalah sangat terbuka dan toleran terhadap bangsa lain, tetapi selama
masih sesuai dengan norma, etika serta adat istiadat yang ada. Namun walaupun
kita sudah tahu banyak tentang kepribadian bangsa Timur kita tidak bisa selalu
beranggapan bahwa kebudayaan bangsa Timur lebih baik dari bangsa Barat. Karena
semua hal pasti ada sisi positif dan negatifnya. Tidak ada di dunia ini yang
sepenuhnya baik.
Secara garis besar kebudayaan asing
yang mudah diterima adalah unsur kebudayaan kebendaan seperti peralatan yang
terutama sangat mudah dipakai dan dirasakan sangat bermanfaat bagi masyarakat
yang menerimanya. Contohnya : Handphone, komputer, dll.
Unsur-unsur kebudayaan asing yang
sulit diterima antara lain :
1. Unsur-unsur yang menyangkut sistem
kepercayaan seperti ideologi, falsafah hidup dan lain-lain.
2. Unsur-unsur yang dipelajari pada
taraf pertama proses sosialisasi. Contoh yang paling mudah adalah soal makanan
pokok suatu masyarakat.
3. Pada umumnya generasi muda dianggap
sebagai individu-individu yang cepat menerima unsur-unsur kebudayaan asing yang
masuk melalui proses akulturasi
4. Suatu masyarakat yang terkena proses
akulturasi, selalu ada kelompok-kelompok individu yang sukar sekali atau bahkan
tak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Diterima
atau Tidaknya Suatu Unsur Kebudayaan Baru
Faktor-faktornya antara lain :
1.
Terbatasnya masyarakat memiliki hubungan
atau kontak dengan kebudayaan dan dengan orang-orang yang berasal dari luar
masyarakat tersebut.
2.
Jika pandangan hidup dan nilai yang
dominan dalam suatu kebudayaan ditentukan oleh nilai-nilai agama.
3.
Corak struktur sosial suatu masyarakat
turut menentukan proses penerimaan kebudayaan baru. Misalnya sistem otoriter
akan sukar menerima unsur kebudayaan baru.
4.
Suatu unsur kebudayaan diterima jika
sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang menjadi landasan bagi
diterimanya unsur kebudayaan yang baru tersebut.
5.
Apabila unsur yang baru itu memiliki
skala kegiatan yang terbatas
2.
Pengertian
kebudayaan
Pengertian
kebudayaan secara umum adalah merupakan jalan atau arah didalam bertindak dan
berfikir untuk memenuhi kebutuhan hidup baik jasmani maupun rohani.
Definisi kebudayaan menurut para
ahli:
1. Edward B. Taylor
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang
kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adapt istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang
sebagai anggota masyarakat.
2. M. Jacobs dan B.J. Stern
Kebudayaan mencakup keseluruhan yang meliputi bentuk
teknologi sosial, ideologi, religi, dan kesenian serta benda, yang kesemuanya
merupakan warisan sosial.
3. Koentjaraningrat
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,
tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik diri manusia dengan relajar.
4. Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil
perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang
merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan
kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
Pokok-pokok yang
terkandung dalam kebudayaan diantaranya adalah, bahwa Kebudayaan
yang terdapat antara umat manusia sangat beragam, Kebudayaan didapat dan diteruskan melalui
pelajaran, Kebudayaan
terjabarkan dari komponen-komponen biologi, psikologi dan sosiologi, Kebudayaan berstruktur
dan terbagi dalam aspek-aspek kesenian, bahasa, adat istiadat, budaya daerah
dan budaya nasional.
3.
Unsur-unsur
Kebudayaan
1. Sistem
Bahasa
Bahasa
merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk
berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi
mengenai bahasa disebut dengan istilah antropologi linguistik. Menurut Keesing,
kemampuan manusia dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman tentang
fenomena sosial yang diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya kepada
generasi penerusnya sangat bergantung pada bahasa. Dengan demikian, bahasa
menduduki porsi yang penting dalam analisa kebudayaan manusia.
Menurut
Koentjaraningrat, unsur bahasa atau sistem perlambangan manusia secara lisan
maupun tertulis untuk berkomunikasi adalah deskripsi tentang ciri-ciri
terpenting dari bahasa yang diucapkan oleh suku bangsa yang bersangkutan
beserta variasivariasi dari bahasa itu. Ciri-ciri menonjol dari bahasa suku
bangsa tersebut dapat diuraikan dengan cara membandingkannya dalam klasifikasi
bahasa-bahasa sedunia pada rumpun, subrumpun, keluarga dan subkeluarga. Menurut
Koentjaraningrat menentukan batas daerah penyebaran suatu bahasa tidak mudah
karena daerah perbatasan tempat tinggal individu merupakan tempat yang sangat
intensif dalam berinteraksi sehingga proses saling memengaruhi perkembangan
bahasa sering terjadi.
2. Sistem
Pengetahuan
Sistem pengetahuan
dalam kultural universal berkaitan dengan sistem peralatan hidup dan teknologi
karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di dalam ide manusia.
Sistem pengetahuan sangat luas batasannya karena mencakup pengetahuan manusia
tentang berbagai unsur yang digunakan dalam kehidupannya.
Masyarakat pedesaan
yang hidup dari bertani akan memiliki sistem kalender pertanian tradisional
yang disebut system pranatamangsa yang sejak dahulu telah digunakan oleh nenek
moyang untuk menjalankan aktivitas pertaniannya. Menurut Marsono, pranatamangsa
dalam masyarakat Jawa sudah digunakan sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu.
Sistem pranatamangsa digunakan untuk menentukan kaitan antara tingkat curah
hujan dengan kemarau. Melalui sistem ini para petani akan mengetahui kapan saat
mulai mengolah tanah, saat menanam, dan saat memanen hasil pertaniannya karena
semua aktivitas pertaniannya didasarkan pada siklus peristiwa alam. Sedangkan
Masyarakat daerah pesisir pantai yang bekerja sebagai nelayan menggantungkan hidupnya
dari laut sehingga mereka harus mengetahui kondisi laut untuk menentukan saat
yang baik untuk menangkap ikan di laut. Pengetahuan tentang kondisi laut
tersebut diperoleh melalui tanda-tanda atau letak gugusan bintang di langit.
Banyak suku bangsa yang
tidak dapat bertahan hidup apabila mereka tidak mengetahui dengan teliti pada
musim-musim apa berbagai jenis ikan pindah ke hulu sungai. Selain itu, manusia
tidak dapat membuat alat-alat apabila tidak mengetahui dengan teliti ciri-ciri
bahan mentah yang mereka pakai untuk membuat alat-alat tersebut. Tiap
kebudayaan selalu mempunyai suatu himpunan pengetahuan tentang alam,
tumbuh-tumbuhan, binatang, benda, dan manusia yang ada di sekitarnya. Menurut
Koentjaraningrat, setiap suku bangsa di dunia memiliki pengetahuan mengenai,
antara lain:
a.
alam sekitarnya;
b.
tumbuhan yang tumbuh di sekitar daerah
tempat tinggalnya;
c.
binatang yang hidup di daerah tempat
tinggalnya;
d.
zat-zat, bahan mentah, dan benda-benda
dalam lingkungannya;
e.
tubuh manusia;
f.
sifat-sifat dan tingkah laku manusia;
g.
ruang dan waktu.
3. Sistem
Kekerabatan dan Organisasi sosial
Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi social merupakan usaha antropologi untuk memahami bagaimana manusia membentuk masyarakat melalui berbagai kelompok sosial. Menurut Koentjaraningrat tiap kelompok masyarakat kehidupannya diatur oleh adat istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan di mana dia hidup dan bergaul dari hari ke hari. Kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah kerabatnya, yaitu keluarga inti yang dekat dan kerabat yang lain. Selanjutnya, manusia akan digolongkan ke dalam tingkatantingkatan lokalitas geografis untuk membentuk organisasi social dalam kehidupannya.
Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi social merupakan usaha antropologi untuk memahami bagaimana manusia membentuk masyarakat melalui berbagai kelompok sosial. Menurut Koentjaraningrat tiap kelompok masyarakat kehidupannya diatur oleh adat istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan di mana dia hidup dan bergaul dari hari ke hari. Kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah kerabatnya, yaitu keluarga inti yang dekat dan kerabat yang lain. Selanjutnya, manusia akan digolongkan ke dalam tingkatantingkatan lokalitas geografis untuk membentuk organisasi social dalam kehidupannya.
Kekerabatan
berkaitan dengan pengertian tentang perkawinan dalam suatu masyarakat karena
perkawinan merupakan inti atau dasar pembentukan suatu komunitas atau
organisasi sosial.
4. Sistem
Peralatan Hidup dan Teknologi
Manusia
selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akan selalu membuat
peralatan atau benda-benda tersebut. Perhatian awal para antropolog dalam
memahami kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai suatu
masyarakat berupa benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan
bentuk dan teknologi yang masih sederhana. Dengan demikian, bahasan tentang
unsur kebudayaan yang termasuk dalam peralatan hidup dan teknologi merupakan
bahasan kebudayaan fisik.
5. Sistem
Ekonomi atau Mata Pencaharain
Mata
pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus kajian
penting etnografi. Penelitian etnografi mengenai sistem mata pencaharian
mengkaji bagaimana cara mata pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem
perekonomian mereka untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Sistem ekonomi pada
masyarakat tradisional, antara lain:
a.
berburu dan meramu;
b.
beternak;
c.
bercocok tanam di
ladang;
d.
menangkap ikan;
e.
bebercocok tanam
menetap dengan sistem irigasi.
Pada saat ini hanya sedikit sistem mata pencaharian atau ekonomi suatu masyarakat yang berbasiskan pada sektor pertanian. Artinya, pengelolaan sumber daya alam secara langsung untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam sektor pertanian hanya bisa ditemukan di daerah pedesaan yang relatif belum terpengaruh oleh arus modernisasi.
Pada
saat ini pekerjaan sebagai karyawan kantor menjadi sumber penghasilan utama
dalam mencari nafkah. Setelah berkembangnya sistem industri mengubah pola hidup
manusia untuk tidak mengandalkan mata pencaharian hidupnya dari subsistensi
hasil produksi pertaniannya. Di dalam masyarakat industri, seseorang
mengandalkan pendidikan dan keterampilannya dalam mencari pekerjaan.
6. Sistem
Religi
Koentjaraningrat
menyatakan bahwa asal mula permasalahan fungsi religi dalam masyarakat adalah
adanya pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib
atau supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada manusia dan mengapa
manusia itu melakukan berbagai cara untuk berkomunikasi dan mencari
hubungan-hubungan dengan kekuatan-kekuatan supranatural tersebut.
Dalam
usaha untuk memecahkan pertanyaan mendasar yang menjadi penyebab lahirnya asal
mula religi tersebut, para ilmuwan sosial berasumsi bahwa religi suku-suku
bangsa di luar Eropa adalah sisa dari bentuk-bentuk religi kuno yang dianut
oleh seluruh umat manusia pada zaman dahulu ketika kebudayaan
mereka masih primitif. Koentjaraningrat menyatakan bahwa asal mula permasalahan fungsi religi dalam masyarakat adalah adanya pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib atau supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada manusia dan mengapa manusia itu melakukan berbagai cara untuk berkomunikasi dan mencari hubungan-hubungan dengan kekuatan-kekuatan supranatural tersebut.
mereka masih primitif. Koentjaraningrat menyatakan bahwa asal mula permasalahan fungsi religi dalam masyarakat adalah adanya pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib atau supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada manusia dan mengapa manusia itu melakukan berbagai cara untuk berkomunikasi dan mencari hubungan-hubungan dengan kekuatan-kekuatan supranatural tersebut.
Dalam
usaha untuk memecahkan pertanyaan mendasar yang menjadi penyebab lahirnya asal
mula religi tersebut, para ilmuwan sosial berasumsi bahwa religi suku-suku
bangsa di luar Eropa adalah sisa dari bentuk-bentuk religi kuno yang dianut
oleh seluruh umat manusia pada zaman dahulu ketika kebudayaan
mereka masih primitif.
mereka masih primitif.
7. Sistem
Kesenian
Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula dari
penelitian etnografi mengenai aktivitas kesenian suatu masyarakat tradisional.
Deskripsi yang dikumpulkan dalam penelitian tersebut berisi mengenai
benda-benda atau artefak yang memuat unsur seni, seperti patung, ukiran, dan
hiasan. Penulisan etnografi awal tentang unsur seni pada kebudayaan manusia
lebih mengarah pada teknik-teknik dan proses pembuatan benda seni tersebut.
Selain itu, deskripsi etnografi awal tersebut juga meneliti perkembangan seni
musik, seni tari, dan seni drama dalam suatu masyarakat.
Berdasarkan jenisnya, seni rupa terdiri atas seni patung,
seni relief, seni ukir, seni lukis, dan seni rias. Seni musik terdiri atas seni
vokal dan instrumental, sedangkan seni sastra terdiri atas prosa dan puisi.
Selain itu, terdapat seni gerak dan seni tari, yakni seni yang dapat ditangkap
melalui indera pendengaran maupun penglihatan. Jenis seni tradisional adalah
wayang, ketoprak, tari, ludruk, dan lenong. Sedangkan seni modern adalah film,
lagu, dan koreografi.
4.
Wujud
Kebudayaan
Pendapat umum mengatakan ada dua
wujud kebudayaan. Pertama, kebudayaan bendaniah (material) yang memiliki ciri
dapat dilihat, diraba, dan dirasa sehingga lebih konkret atau mudah dipahami.
Kedua, kebudayaan rohaniah (spiritual) yang memiliki ciri dapat dirasa saja.
Oleh karena itu, kebudayaan rohaniah bersifat lebih abstrak dan lebih sulit
dipahami.
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan
menjadi tiga : gagasan, aktivitas, dan artefak (benda).
1. Kompleks
gagasan (wujud ideal)
Kompleks gagasan ini mencakup kebudayaan yang
berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan
sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud
kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga
masyarakat.
Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu
dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam
karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
Sekarang wujud ideal juga banyak tersimpan dalam bentuk disk, arsip, koleksi
micro film dan microfish.
2. Aktivitas
(tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu
tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula
disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari
aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta
bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat
tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat
diamati dan didokumentasikan.
3. Artefak
(karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik
yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam
masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan
didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan bisa
juga disebut dengan kebudayaan fisik, mulai dari benda yang diam samapai yang
bergerak.
Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara
wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang
lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada
tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
Ketiga wujud kebudayaan diatas saling berhubungan dan tidak dapat
dilepaskan dalam kehidupan masyarakat. Kebudayaan ideal (gagasan) dan adat
istiadat mengatur dan memberikan arahan kepada tindakan-tindakan manusia dan
juga hasil karyanya baik ide dan pikiran maupun tindakan dalam karya manusia.
Sedangkan kebudayaan fisik membentuk suatu lingkungan baru yang menjauhkan dari
lingkungan alamiahnya, sehingga dapat memberikan pengaruh kebudayaan kepada
manusia yang dapat merubah pola perilaku dan pemikirannya.
5.
Orientasi
Nilai Budaya
Menurut C. Klukhohn
dalam karyanya Variations in Value Orientation (1961) sistem nilai budaya
secara universal terdapat 5 masalah pokok kehidupan manusia, yaitu :
1.
Hakekat Hidup Manusia (MH)
Hakekat hidup untuk setiap kebudayaan
berbeda; ada yang berusaha untuk “memadamkan hidup”, ada juga yang berusaha
untuk “mengisi hidup” yang dengan pola-pola tertentu menganggap hidup sebagai
hal yang baik.
2.
Hakekat Karya Manusia (MK)
Dalam hal ini, ada yang berpandangan
bahwa karya untuk bertujuan untuk hidup, karya memberikan kedudukan atau
kehormatan, karya merupakan gerak hidup untuk menambah karya lagi.
3.
Hakekat Waktu Manusia (WM)
Hakekat waktu untuk setiap kebudayaan
berbeda; ada yang lebih mementingkan orientasi masa lampau, ada pula yang
berpandangan untuk masa kini atau masa depan.
4.
Hakekat Alam Manusia (MA)
Ada kebudayaan yang menganggap
manusia harus mengeksploitasi alam atau memanfaatkan alam semaksimal mungkin,
ada juga yang beranggapan manusia harus harmonis dan selaras dengan alam dan
manusia harus menyerah kepada alam.
5.
Hakekat Hubungan Manusia (MN)
Dalam hal ini ada yang mementingkan
hubungan manusia dengan manusia, baik secara horizontal (sesamanya) maupun
vertikal (orientasi kepada tokoh-tokoh). Ada pula yang berpandangan
individualistis (menilai tinggi kekuatan
sendiri)
Kerangka C. Klukhohn Mengenai 5
Masalah Dasar dalam Hidup
Yang Menentukan Orientasi Nilai – Budaya Manusia
Masalah dasar
dalam hidup kita
|
Orientasi Nilai Budaya
|
||
Hakekat Hidup
(MH)
|
Hidup itu buruk
|
Hidup itu baik
|
Hidup itu buruk, tetapi manusia wajib berikhtiar supaya hidup menjadi
lebih baik
|
Hakekat Karya
(MK)
|
Karya itu untuk nafkah hidup
|
Karya itu untuk kedudukan, kehormatan, dan sebagainya
|
Karya itu untuk menambah karya
|
Persepsi manusia
tentang waktu (MW)
|
Orientasi ke masa depan
|
Orientasi ke masa lalu
|
Orientasi ke masa depan
|
Persepsi manusia
terhadap alam (MA)
|
Manusia tunduk kepada alam yang dahsyat
|
Manusia berusaha menjaga keselarasan dengan alam
|
Manusia berhasrat menguasai alam
|
Hakekat hubungan
antar manusia
dengan sesamanya (MM)
|
Orientasi kolateral (horizontal), rasa ketergantungan pada sesamanya
(berjiwa gotong royong)
|
Orientasi vertikal, rasa ketergantungan kepada tokoh-tokoh atasan dan berpangkat
|
Individualisme, menilai tinggi dengan kekuasaan sendiri
|
6.
Perubahan
Kebudayaan
Masyarakat dan
kebudayaan di mana pun selalu dalam keadaan berubah, ada dua sebab perubahan:
1. Sebab
yang berasal dari masyarakat dan lingkungannya sendiri,misalnya perubahan
jumlah dan komposisi
Sebab perubahan lingkungan alam dan
fisik tempat mereka hidup. Masyarakat yang hidupnya terbuka, yang berada dalam
jalur-jalur hubungan dengan masyarakat dan kebudayaan lain, cenderung untuk
berubah secara lebih cepat.
2. Adanya
difusi kebudayaan, penemuan-penemuan baru, khususnya teknologi dan inovasi.
Dalam masyarakat maju, perubahan
kebudayaan biasanya terjadi melalui penemuan (discovery) dalam bentuk ciptaan
baru (inovatiori) dan melalui proses difusi. Discovery merupakan jenis penemuan
baru yang mengubah persepsi mengenai hakikat suatu gejala mengenai hubungan dua
gejala atau lebih. Invention adalah suatu penciptaan bentuk baru yang berupa
benda (pengetahuan) yang dilakukan melalui penciptaan dan didasarkan atas
pengkom-binasian pengetahuan-pengetahuan yang sudah ada mengenai benda dan
gejala yang dimaksud.
Ada empat bentuk
peristiwa perubahan kebudayaan. Pertama, cultural lag, yaitu perbedaan antara
taraf kemajuan berbagai bagian dalam kebudayaan suatu masyarakat. Dengan kata
lain, cultural lag dapat diartikan sebagai bentuk ketinggalan kebudayaan, yaitu
selang waktu antara saat benda itu diperkenalkan pertama kali dan saat benda
itu diterima secara umum sampai masyarakat menyesuaikan diri terhadap benda
tersebut.
Kedua, cultural
survival, yaitu suatu konsep untuk meng-gambarkan suatu praktik yang telah
kehilangan fungsi pentingnya seratus persen, yang tetap hidup, dan berlaku
semata-mata hanya di atas landasan adat-istiadat semata-mata. Jadi, cultural
survival adalah pengertian adanya suatu cara tradisional yang tak mengalami
perubahan sejak dahulu hingga sekarang.
Ketiga, pertentangan
kebudayaan (cultural conflict), yaitu proses pertentangan antara budaya yang
satu dengan budaya yang lain. Konflik budaya terjadi akibat terjadinya
perbedaan kepercayaan atau keyakinan antara anggota kebudayaan yang satu dengan
yang lainnya.
Keempat, guncangan
kebudayaan (cultural shock), yaitu proses guncangan kebudayaan sebagai akibat
terjadinya perpindahan secara tiba-tiba dari satu kebudayaan ke kebudayaan
lainnya. Ada empat tahap yang membentuk siklus cultural shock, yaitu: (1) tahap
inkubasi, yaitu tahap pengenalan terhadap budaya baru, (2) tahap kritis,
ditandai dengan suatu perasaan dendam; pada saat ini terjadi korban cultural
shock, (3) tahap kesembuhan, yaitu proses melampaui tahap kedua, hidup dengan
damai, dan (4) tahap penyesuaian diri; pada saat ini orang sudah membanggakan
sesuatu yang dilihat dan dirasakan dalam kondisi yang baru itu; sementara itu
rasa cemas dalam dirinya sudah berlalu.
C. KAITAN MANUSIA DENGAN KEBUDAYAAN
Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tak
bisa dipisahkan dalam kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling
sempurna menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan melestarikannya secara turun
menurun. Budaya tercipta dari kegiatan sehari hari dan juga dari kejadian –
kejadian yang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa.
Kebudayaan berasal dari kata budaya yang berarti hal-hal
yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Definisi Kebudyaan itu sendiri
adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem
ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Namun kebudayaan juga dapat kita
nikmati dengan panca indera kita. Lagu, tari, dan bahasa merupakan salah satu
bentuk kebudayaan yang dapat kita rasakan.
Secara sederhana hubungan antara manusia dengan kebudayaan
ketika manusia sebagai perilaku kebudayaan,dan kebudayaan tersebut merupakan
objek yang dilaksanakan sehari-hari oleh manusia
Di dunia sosiologi manusia dengan kebudayaan dinilai sebagai
dwitunggal, maksudnya walaupun keduanya berbeda tetapi merupakan satu kesatuan
yang butuh, ketika manusia menciptakan kebudayaan, dan kebudayaan itu tercipta
oleh manusia. Contoh-contoh hubungan manusia dengan kebudayaan:
1.
Kebudayaan-kebudayaan
khusus atas dasar faktor kedaerahan
Contoh:
Adat-istiadat melamar di Lampung dan Minangkabau. Di Minangkabau biasanya pihak
permpuan yang melamar sedangkan di Lampung, pihak laki-laki yang melamar.
2.
Cara
hidup di kota dan di desa yang berbeda
Contoh:
Perbedaan anak yang dibesarkan di kota dengan seorang anak yang dibesarkan di
desa. Anak kota bersikap lebih terbuka dan berani untuk menonjolkan diri di
antara teman-temannya sedangkan seorang anak desa lebih mempunyai sikap percaya
pada diri sendiri dan sikap menilai ( sense of value ).
3.
Kebudayaan-kebudayaan
khusus kelas sosial
Di
masyarakat dapat dijumpai lapisan sosial yang kita kenal, ada lapisan sosial
tinggi, rendah dan menengah. Misalnya cara berpakaian, etiket, pergaulan,
bahasa sehari-hari dan cara mengisi waktu senggang. Masing-masing kelas
mempunyai kebudayaan yang tidak sama, menghasilkan kepribadian yang tersendiri
pula pada setiap individu.
4.
Kebudayaan
khusus atas dasar agama
Adanya
berbagai masalah di dalam satu agama pun melahirkan kepribadian yang
berbeda-beda di kalangan umatnya.
5.
Kebudayaan
berdasarkan profesi
Misalnya:
kepribadian seorang dokter berbeda dengan kepribadian seorang pengacara dan itu
semua berpengaruh pada suasana kekeluargaan dan cara mereka bergaul. Contoh
lain seorang militer mempunyai kepribadian yang sangat erat hubungan dengan
tugas-tugasnya. Keluarganya juga sudah biasa berpindah tempat tinggal.
D. CONTOH KASUS DAN ANALISA
1. Segi
Aktivitas
Banyak sekali kebudayaan berupa adat istiadat yang
berkembang (khususnya) di Indonesia, diantaranya adalah:
·
Ngaben (Bali)
Ngaben adalah upacara pembakaran atau kremasi jenazah umat
Hindu Bali. Dalam prosesi Ngaben, ketika api mulai disulut,
perlahan-lahan kobaran api akan membesar dan mulai berkobar menyulut sosok
jenazah. Lama-kelamaan kobaran api mulai menghanguskan jazadnya yang dipercaya
akan melepaskan segala ikatan keduniawian dari orang yang meninggal itu. Bila
ikatan keduniawian telah terlepas, maka semakin terbukalah kesempatan untuk
melihat kebenaran dan keabadian kesucian Illahi di alam sana.
Beberapa hari sebelum upacara Ngaben dilaksanakan, keluarga
dari orang yang meninggal dibantu oleh masyarakat membuat Bade dan Lembu yang
sangat megah terbuat dari kayu, kertas warna-warni dan bahan lainnya. Bade dan
Lembu ini merupakan tempat jenazah yang nantinya dibakar.
·
Tabuik (Sumatera Barat)
Berasal dari kata
tabut, dari bahasa Arab yang berarti mengarak, upacara Tabuik merupakan sebuah
tradisi masyarakat di pantai barat, Sumatera Barat, yang diselenggarakan secara
turun menurun. Upacara ini digelar di hari Asura yang jatuh pada tanggal 10
Muharram, dalam kalender Islam.
Pada hari yang telah
ditentukan, sejak pukul 06.00, seluruh peserta dan kelengkapan upacara bersiap
di alun-alun kota.Para pejabat pemerintahan pun turut hadir dalam pelaksanaan
upacara paling kolosal di Sumatera Barat ini.
Satu Tabuik diangkat
oleh para pemikul yang jumlahnya mencapai 40 orang. Di belakang Tabuik,
rombongan orang berbusana tradisional yang membawa alat musik perkusi berupa
aneka gendang, turut mengisi barisan. Sesekali arak-arakan berhenti dan puluhan
orang yang memainkan silat khas Minang mulai beraksi sambil diiringi tetabuhan.
Saat matahari terbenam,
arak-arakan pun berakhir. Kedua Tabuik dibawa ke pantai dan selanjutnya
dilarung ke laut. Hal ini dilakukan karena ada kepercayaan bahwa dibuangnya
Tabuik ini ke laut, dapat membuang sial. Di samping itu, momen ini juga
dipercaya sebagai waktunya Buraq terbang ke langit, dengan membawa segala jenis
arakannya.
·
Kerapan Sapi (madura)
Awal mula kerapan sapi
dilatar belakangi oleh tanah Madura yang kurang subur untuk lahan pertania,
sebagai gantinya orang-orang orang-orang Madura mengalihkan
matapencaharaiannnya sebagai nelayan untuk daerah pesisir dan beternak sapi
yang sekaligus digunakan untuk bertani khussnya dalam membajak sawah atau
ladang.
Pada perlombaan ini,
sepasang sapi menarik semacam kereta dari kayu (tempat joki berdiri dan
mengendalikan pasangan sapi tersebut) dipacu dalam lomba adu cepat melwan
pasangan-pasangan sapi lian. Trek pacuan tersebut biasanya sekitar 100 meter
dan lomba pacuan dapat berlangsung sekitar sepuluh detik sampai satu menit.
Beberapa kota di Madura
menyelenggarakan karapan sapi pada bulan Agustus dan September setiap tahun,
dengan pertandingan final pada akhir September atau Oktber di eks Kota
Karesidenan, Pamekasan untuk merebutkan piala bergilir dari Presiden.
2. Segi
Karya
Dalam menjalani kehidupannya sehari-hari manusia
juga menciptakan banyak karya yang memuat unsur seni seperti, seni lukis, seni
musik, seni tari, seni hiasan/ukiran, dan masih banyak lagi.
Berikut ini adalah beberapa contoh kebudayaan berupa
karya sastra di Indonesia yang sudah diakui oleh UNESCO:
·
Batik Indonesia
Pada dasarnya, batik
merupakan seni lukis yang menggunakan canting sebagai alat untuk melukisnya.
Canting sendiri merupakan sebuah alat berbentuk mangkok kecil yang terbuat dari
tembaga dan memiliki carat atau monong, dengan tangkai dari bambu atau kayu
yang dapat diisimalam (lilin)
sebagai bahan untuk melukis. Canting ini dapat membuat kumpulan garis, titik
atau cecek yang pada akhirnya membentuk
pola-pola. Pola-pola inilah yang kemudian menjadi ragam hias dalam kesenian
Batik.
Membatik telah
diwariskan secara turun temurun hingga saat ini. Dengan pola tradisional ini,
sejak dahulu masyarakat menuangkan imajinasi melalui gambar pada batik.
Masyarakat juga telah mengenal seni pewarnaan tradisional dengan bahan-bahan
alami sebelum mengenal pewarnaan dengan bahan kimia. Batik yang tersebar
hampir diseluruh Indonesia memiliki bentuk ragam hias yang berbeda-beda
diantara satu dan lainnya. Pada tahun 2009, Batik diakui UNESCO sebagai Warisan
Budaya Takbenda dari Indonesia.
·
Wayang
Wayang telah diakui oleh UNESCO sebagai daftar perwakilan
Warisan Budaya Takbenda dari Indonesia pada tahun 2008. Wayang adalah
salah satu seni pertunjukan rakyat yang masih banyak penggemarnya hingga saat
ini. Pertunjukan wayang dimainkan oleh seorang dalang dengan menggerakkan
tokoh-tokoh pewayangan yang dipilih sesuai dengan cerita yang dibawakan.
Cerita-cerita yang dipilih bersumber pada kitab Mahabarata dan Ramayana yang
bernafaskan kebudayaan dan filsafat Hindu, India, namun telah diserap ke dalam
kebudayaan Indonesia. Dalam setiap pegelaran, sang dalang dibantu para
swarawati atau sindhen dan para penabuh gamelan atau niyaga, sehingga
pertunjukan wayang melibatkan banyak orang.
Di Indonesia, Wayang telah menyebar hampir keseluruh bagian
wilayah Indonesia. Jenis-jenisnya pun beragam yang diantaranya adalah :
Wayang kulit Purwa, Wayang Golek Sunda, Wayang Orang, Wayang Betawi, Wayang
Bali, Wayang Banjar, Wayang Suluh, Wayang Palembang, Wayang Krucil, Wayang
Thengul, Wayang Timplong, Wayang Kancil, Wayang Rumput, Wayang Cepak, Wayang
Jemblung, Wayang Sasak (Lombok), dan Wayang Beber.
·
Tari saman
Saman adalah salah satu kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang
pada masyarakat Gayo di Kabupaten Gayo Lues, Aceh Tenggara, Aceh Timur
(Kecamatan Serbejadi), Kabupaten Aceh Tamiang (Tamiang Hulu). Saman merupakan
permainan tradisi yang biasa dilakukan oleh laki laki yang umumnya usia muda
untuk mengisi waktu luangnya. Baik pada saat di sawah, mersah, sepulang mengaji
di rumah pun mereka menyempatkan diri berlatih Saman. Permainan Saman menjadi
sebuah seni pertunjukan yang sering dipentaskan sebagai media silaturahmi,
menjalin persahabatan, penyampaian pesan-pesan moral, pantun muda-mudi,
penggambaran alam dan lingkungan sekitar, dan sebagainya. Tari Saman diakui
oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda yang membutuhkan pelindungan
mendesak dari Indonesia pada tahun 2011.
·
Angklung
Angklung adalah alat musik tradisional Indonesia yang terbuat
dari bambu dan dibunyikan dengan cara digoyangkan. Alat musik ini berasal dari
Tanah Sunda. Kata Angklung berasal dari Bahasa Sunda “angkleung-angkleungan” yaitu gerakan pemain Angklung dan suara “klung” yang dihasilkannya.
Secara etimologis, Angklung berasal dari kata “angka” yang berarti nada dan
“lung” yang berarti pecah. Jadi Angklung merujuk nada yang pecah atau nada yang
tidak lengkap. Setiap angklung akan menghasilkan nada yang berbeda, sehingga
setiap penampilan membutuhkan lebih dari satu angklung. Sedikitnya delapan nada
dihasilkan oleh angklung. Angklung telah diakui oleh UNESCO sebagai Warisan
Budaya Takbenda dari Indonesia pada tahun 2010.
BAB III PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Secara
sederhana hubungan manusia dan kebudayaan adalah sebagai perilaku kebudayaan
dan kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan manusia. Dalam ilmu sosiologi
manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal yang berarti walaupun
keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan
kebudayaan setelah kebudayaan tercipta maka kebudayaan mengatur kehidupan
manusia yang sesuai dengannya.
Khususnya di
Indonesia, banyak sekali kebudayaan yang berkembang baik itu berupa adat
istiadat dan karya seni. Kebudayaan pasti
mengalami perubahan dan atau perkembangan sesuai dengan keadaan yang
terjadi di dalam kehidupan manusia itu sendiri.
B.
SARAN
Manusia
hidup karena adanya kebudayaan, sementara itu kebudayaan akan terus hidup dan
berkembang manakala manusia mau melestarikan kebudayaan dan bukan merusaknya.
Dengan demikian manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain,
karena dalam kehidupannya tidak mungkin tidak berurusan dengan hasil-hasil
kebudayaan, setiap hari manusia melihat dan menggunakan kebudayaan.
Sebagai
generasi muda penerus bangsa maka kita mempunyai kewajiban untuk melestarikan
kebudayaan yang ada, harus terbuka dengan perkembangan budaya global dengan
tetap menyeleksi kebudayaan yang sesuai dengan kepribadian bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
·
http://anwarabdi.wordpress.com/2013/04/07/ibd-perubahan-kebudayaan
0 comments