Masa Kanak-Kanak

Desember 03, 2018

Pagi tadi, sekitar jam 9, saya mengantar adik ke stasiun.
Di salah satu perumahan yang umum dilewati, terlihat anak-anak SD, SMP hingga SMA bergerombol membentuk barisan rapih. Saya tidak tahu pasti acara yang diselenggarakan, tapi melihat mereka dengan seragam itu membuat ingatan saya melanglang buana, tepat 14 tahun lalu, dan perlahan kenangan itu bergerak maju hingga waktu saat ini, seperti kaleidoskop yang bergerak sangat cepat.

Saya tidak tahu kenapa, tapi saya memang tidak memiliki ingatan yang cukup bagus. Jika ditanya, "Bagaimana kamu saat TK?", saya hanya bisa mengingat tentang pengumuman kehamilan Ibu, saya yang berjalan kaki pulang dari TK sambil menggendong piala bertuliskan 'Juara III Lomba Menari', serta hari kostum dimana anak-anak menggunakan pakaian daerah dan diarak keliling komplek menggunakan odong-odong.

Saat SD? SMP? SMA dimana merupakan kejadian yang belum terlalu lama terjadi? Saya hanya bisa mengingat sedikit kenangan dari masing-masing fase sekolah dalam hidup saya.

Saya kagum dengan orang-orang yang mengingat jelas masa sekolah mereka, setidaknya memiliki lebih banyak ingatan daripada saya. Entah apakah karena saya hanya memiliki sedikit kenangan yang berbekas atau karena saya mudah lupa (?). 

Tapi, setiap kali melihat perkembangan anak-anak zaman sekarang, saya sadar, masa kanak-kanak saya adalah yang terbaik. Tepatnya sebelum teknologi begitu berkembang dengan pesat. Selalu terlihat di sepanjang mata memandang, segerombolan anak bermain. Yang laki-laki bermain gundu, mobil-mobilan, atau saling bertukar stiker dan tato tempel hadiah permen karet, sementara anak perempuan bermain masak-masakan atau boneka.



Jika dibandingkan dengan sekarang, mungkin anak-anak masih dijumpai bermain di luar rumah. Bedanya, kini mereka menggenggam handphone. Saya sangat ingat, saat itu SD, entah kelas berapa, teman saya memamerkan handphone pemberian orang tuanya. HP itu masih berlayar hitam putih, tipis, hanya memiliki sedikit fitur. Menurut saya, itu adalah suatu kemewahan untuk seorang anak SD, terlebih lagi dulu masih sangat jarang ditemui anak-anak memiliki hp sendiri, walaupun nanti tetap disimpan oleh orang tuanya. Saya iri, dan sempat merengek untuk dibelikan hp. Tapi kemudian saya sadar, siapa yang harus saya hubungi dengan hp itu? Apakah saya benar-benar memerlukannya? Kalau mau main game, toh bisa pinjam hp bapak atau ibu. Dan rengekan saya pun berhenti.

Harus saya akui, setiap hari, cobaan yang datang akan semakin berat. Jika dipikir-pikir, bila saya lahir di masa ini, saya pun pasti sulit untuk menahan diri untuk tidak main hp. Maka, sebagai orang yang lebih tua, kita harus bisa membimbing anak-anak atau adik-adik kita agar memiliki kenangan berharga dengan orang lain, tidak hanya hp

You Might Also Like

0 comments